Selasa, 31 Desember 2013

TEROR



           
Rumah serasa disebuah hutan pada tengah malam, hanya ada diriku seorang yang mengisi sebuah bangunan yang cukup luas ini. Anggota keluarga yang lain sedang berlibur kerumah nenekku di Bandung Barat. Untungnya saat aku sendiri dirumah tidak berjumpa dengan malam yang hampir semua orang benci, yaitu malam jumat.

Seperangkat komputerku yang berisikan bermacam-macam permainan, dan hanya dialah yang menemaniku saat ditinggal keluarga berlibur. Memang hampir sebagian besar hari kuhabiskan berada didepan komputer, entah main game, mendengarkan lagu, hingga memanipulasi foto.

Mataharipun bergeser kearah barat, dan sesuatu berwarna hitam mulai menggelapkan bumi, terutama rumahku. Setelah mandi, makan dan lain-lain, aku hendak beranjak untuk menghidupkan komputerku. Tetapi telepon rumah memanggilku dengan nada yang diulang-ulang. Segera kuhampiri dan menjawab telepon itu.

“Halo, selamat malam...,” Sapaku.

Diujung telepon sana tak terdengar satupun suara, hanya suara kresek-kresek gangguan telepon.

“Halo…siapa disana?,” Sapaku sekali lagi dan bertanya.

Dan tetap tidak ada balasan dari telepon itu. Akhirnya kututup telepon dan berajalan kembali menuju komputer. Selang lima menit telepon bendering kembali, aku angkat kembali dengan rasa sedikit kesal.

“Ya halo…dengan siapa ini?” Tanyaku dengan sedikit malas.
Dan akhirnya seorang laki-laki menjawab suaraku dan bertanya, “Bisa bicara dengan Bapak atau Ibu?”
“Oh Bapak dan Ibu sedang tidak ada dirumah mas. Maaf ini dengan siapa ya?” Kujawab dengan polosnya dan bertanya balik.

Bukannya jawaban dari laki-laki itu, tetapi hanya suara “kresek” gangguan telepon diikuti nada “Nut” panjang yang menandakan dia telah menutup teleponnya. Dan aku sempat berfikir apakah aku mengenali suara itu atau tidak, dan kenapa aku menjawab seperti tidak berdosa bahwa orang rumah sedang tidak ada. Pikiran-pikiran negatif mulai menjalar diotak, dan benarkah laki-laki itu ingin mencoba masuk kerumah.

“Aduh…aku sendirian lagi. Kalo dia sendiri dan tidak bawa apa-apa, aku masih berani. Nah kalo dia satu mobil dan bersenjata…duh gimana ini.” Pikirku sambil berbicara sendiri.
         
Yang ada dalam diriku kini adalah mengawasi sekitar rumah, seperti difilm-film saja. Aku tidak jadi menyalakan komputer dan lebih memilih menyalakan tv saja sambil waspada. Tv kunyalakan tapi tanpa suara, dan setiap ada suara-suara yang kurasa mencurigakan akan kucari sumbernya dan mencoba melihatnya.
         
Mataku hanya kuat bertahan hingga jam 3 pagi, tanpa kusadari aku tertidur dan terbangun karena aku bermimpi laki-laki itu menelepon kembali. Ternyata dari mimpi berlanjut ke kenyataan, telepon rumahku benar berbunyi tetapi tidak tahu siapa yang menelepon, dan segera ku angkat dengan suara yang masih lemas karena kurang tidur.

“Ya halo…dengan siapa ini?” Dengan nada yang malas kutanya seseorang diujung telepon itu.
“Aku mang Uus yan. Semalam aku yang telepon, tetapi sinyal diHPku jelek, jadi ya begitulah.” Jawab pria yang kini kukenali, dan dia adalah adik ibuku.
“Oh jadi semalam itu mang Uus yang telepon kesini? Kirain siapa.” sambil cengar-cengir dalam pikiranku terlintas “Kayanya kebanyakan nonton film nih, jadi ada apa-apa dikit kebawa suasana fim.” Pikirku.

              
           

Jumat, 27 Desember 2013

KERANGKA KARANGAN BERDASARKAN URUTAN RUANG DAN URUTAN TOPIK


 URUTAN RUANG
            Urutan ruang dipakai untuk mendeskripsikan suatu tempat atau ruang,umpamanya kantor, gedung, stadion, lokasi/wilayah tertentu. Deskripsi suatu gedung dapat dimulai dari lantai dasar sampai kelantai tertinggi. Stadion/lapangan sepak bola dapat dideskripsikan dengan urutan timur-barat, utara-selatan.


 CONTOH :

Berdasarkan Urutan Ruang
Topik         : Banjir
Tujuan       : Mengetahui Lokasi Banjir
Tema         : Beberapa Lokasi Banjir Di Indonesia

I. BANJIR YANG TERJADI DI LUAR INDONESIA
            A. BANJIR DI ASIA
                 1. BANJIR DI JEPANG
                 2. BANJIR DI CHINA
            B. BANJIR DI EROPA
                 1. BANJIR DI FINLANDIA
                 2. BANJIR DI TURKI
II. BANJIR YANG TERJADI DI INDONESIA
                  A. BANJIR DI PULAU JAWA
                       1. BANJIR DI SUKABUMI
                       2. BANJIR DI YOGYAKARTA
                  B. BANJIR DI LUAR PULAU JAWA
                       1. BANJIR DI PADANG
                       2. BANJIR DI NTT
III. KESIMPULAN








URUTAN TOPIK
            Bagian-bagian diterangkan tanpa memasalahkan mana yang penting. Misal, laporan keuangan : pemasukan dan pengeluaran, bagian-bagian dalam sebuah lembaga, dll.

CONTOH :

Berdasarkan Urutan Topik
Topik         : Makanan
Tujuan       : Mengetahui Berbagai Makanan Di Indonesia
Tema         : Berbagai Makanan Di Indonesia

            I. DI DAERAH PEDESAAN
                        A. KAREDOK
                        B. PECEL
            II. DI DAERAH PERKOTAAN
                  A. JUNK FOOD
                              1. BURGER
                              2. PIZZA
                              3. HOTDOG
                  B. FAST FOOD
      III. KESIMPULAN


Senin, 11 November 2013

3 X 5



3 x 5
            Sebuah ruangan yang berukuran 3x5 meter ini menjadi ruangan dimana saya melakukan hampir 80% kegiatan sehari-hari saya, terutama untuk menghilangkan penat. Didalamnya terdapat sebuah kasur, komputer beserta pengeras suara, TV, gitar akustik dan gitar elektrik beserta soundnya, dan sebuah lemari pakaian.
          Saya lebih banyak menghabiskan waktu didalam kamar, karna kamar saya berada di lantai 2, jadi saya malas untuk mundar-mandirnya. Walau baru 2 tahun menempati kamar tersebut, tetapi saya sangat nyaman dengan kamar tersebut, dengan sering membersihkannya supaya lebih nyaman.


          Sering teman-teman bermalam dikamar saya dengan jumlah yang tidak sedikit, untungnya kamar tersebut cukup luas, sehingga dapat menampung teman-teman yang sering bermalam dikamar saya. Dan jarang sekali kita tidur apabila sedang berkumpul dikamar saya.

Rabu, 06 November 2013

Diksi, Kalimat Efektif dan Kalimat Turunan


Wacana Diksi



Pariwisata Dalam Otonomi Daerah





Pariwisata, sebagai salah satu industri gaya baru (new style industry) secara efektif terbukti mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat, terbukanya lapangan kerja, peningkatan taraf hidup dan mengaktifkan sektor industri lain di dalam negara penerima wisatawan. Sebagai sebuah industri gaya baru sektor ini mencoba meninggalkan paradigma lama tentang industri yang hanya menekankan pada suatu proses-output dengan maksud untuk mendapatkan profit keuntungan semata. Landasan operasionalisasi sektor industri ini di dasarkan pada ilmu-ilmu baru, tehnologi canggih dan cara berfikir serta dimensi dan persepsi yang bervariasi pula. Begitu kompleksnya aspek-aspek yang terkait dengan pariwisata ini, baik menyangkut aspek organisasi, pemasaran, perencanaan dan tehnik-tehnik pariwisata. Sehingga dalam sektor industri ini meniscayakan suatu latar belakang kemampuan intelektual yang luas dan pendidikan khusus agar para profesional dan praktisi yang bergerak di sektor ini mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ilmu, tehnologi dan paradigma baru dalam industri pariwisata.

Terkait dengan diskursus desentralisasi (otonomi daerah), pariwisata semakin menjadi primadona. Daya tariknya yang luar biasa dalam menggerakkan roda perekonomian menjadikan masing-masing daerah berupaya menggali sebesar-besarnya potensi wisata daerahnya masing-masing. Hal ini tidak menjadi hal yang aneh, daerah mana yang tidak iri dengan Bali, sebuah propinsi yang potensi sumber daya alamnya hanya dapat menghasilkan output yang sedikit, namun tingkat kesejahteraan ekonominya sangat tinngi karena dipacu oleh income yang didapatkan dari sector pariwisata.

Fenomena dalam dunia pariwisata memang menunjukkan suatu prospek yang menguntungkan dari sisi bisnis. Kondisi pasar dalam industri ini menunjukkan suatu “sustainable profit values” -sejumlah nilai keuntungan yang berkelanjutan. Oleh karena itu dalam upaya untuk meningkatkan nilai pendapatan dari pariwisata ini, maka layak sebenarnya dilakukan analisis menyeluruh terhadap kondisi pasar pariwisata, baik menyangkut mekanisme penawaran (supply), permintaan (demand) , pelaku-pelaku pasar (actors) dan kondisi lingkungan disekitarnya.

Mengkaji permasalahan penawaran dalam pasar pariwisata, ditandai oleh tiga ciri khas utama. Pertama, merupakan penawaran jasa-jasa, dengan demikian apa yang ditawarkan itu tidak mungkin ditimbun dalam waktu lama dan harus ditawarkan dimana produk itu berada.Oleh karena itu mustahil untuk mengangkutnya, dan inilah yang membuat perbedaan dengan produk-produk lainnya yang ditawarkan, dalam arti bahwa konsumen harus mendatangi apa yang dirtawarkan itu untuk diteliti. Kedua produk yang ditawarkan dalam industri pariwisata ini sifatnya kaku (rigid) dalam arti bahwa dalam usaha pengadaan untuk pariwisata, sulit sekali untuk mengubah sasaran penggunaan untuk di luar pariwisata. Ketiga, berlakunya hukum substitusi. Karena pariwisata belum menjadi kebutuhan pokok manusia, maka penawaran pariwisata harus bersaing ketat dengan penawaran barang-barang dan jasa yang lain.

Penawaran pariwisata baik yang menyangkut unsur-unsur alamiah (natural) ataupun unsur-unsur buatan manusia (artificial) dengan memperhatikan tiga ciri khas yang dimilikinya membutuhkan suatu sistem penanganan yang realistis. Arti realistis disini adalah bagaimana unsur-unsur penawaran dalam pariwisata tersebut mampu merespon kondisi persaingan dan kecenderungan dalam lingkungan pasar pariwisata.

Di sisi yang lain, permintaan pariwisata sebagai mutual dari penawaran menunjukkan fenomena yang seringkali berbeda dengan kondisi yang terjadi pada pasar dalam pengertian umum tersebut. Banyak faktor yang turut mempengaruhi wisatawan untuk mengadakan perjalanan wisata. Terlepas dari unsur-unsur pokok gejala pariwisata yang menyangkut manusia, yang mempunyai waktu luang, kelebihan pendapatan dan kemauan untuk melakukan perjalanan ternyata ada unsur-unsur lain yang beberapa diantaranya bersifat rasional dan beberapa yang lain tidak masuk akal (irasional). Dalam hal ini Gromy (2005) mencoba untuk menganalisis beberapa faktor rasional sebagai suatu dorongan yang disadari bagi wisatawan untuk melakukan perjalanan pariwisata tersebut antara lain: aset-aset wisata, pengorganisasian industri pariwisata, fasilitas, sikap masyarakat tempat tujuan, kondisi demografi, situasi politik dan keadaan geografis. Sedangkan faktor-faktor irasional terdiri atas lingkungan perjalanan dan ikatan keluarga, tingkah laku, prestise, mode, perasaan keagamaan, hubungan masyarakat dan promosi pariwisata.

Dari hal ini dapat diihat bahwa permintaan pariwisata tidak menggambarkan sekelompok homogen orang-orang yang sedang berusaha bepergian setelah terdorong oleh motivasi tertentu. Ada sekelompok keinginan, kebutuhan, rasa kesukaan dan ketidak sukaan yang kadang berbaur dan bertentangan dalam diri seseorang. Perbedaan struktur permintaan dalam pariwisata ini tidak mengikuti pola sistematis yang didasarkan pada kebangsaan, kesukuan, tempat tinggal, jabatan, susunan keluarga /tingkat sosial yang tidak bergantung kepada tingkat umur atau jenis kelamin. Semua unsur yang beragam ini cenderung digunakan sebagai batas /patokan agar tetap memberi arti segmentasi masyarakat yang merupakan permintaan pasar potensial.

Permintaan pariwisata ditandai dengan beberapa ciri khas;antara lain adalah kekenyalan (elasticity) dan kepekaan (sensitivity). Elastisitas disini berarti seberapa jauh tingkat kelenturan permintaan tersebut terhadap perubahan struktur harga /perubahan berbagai macam kondisi ekonomi di pasar. Titik awal munculnya permintaan pariwisata dengan keadaan ekonomi sedemikian rupa sehingga memungkinkan orang memiliki kelebihan pendapatan dan lamanya hari-hari libur yang tetap dibayar. Karena pengeluaran wisatawan merupakan penyisihan sebagian anggaran pribadi dan keluarga yang bersaing dengan barang keperluan lain (mobil, televisi dan sebagainya), maka dapat dipahami mengapa permintaan pariwisata dapat menunjukkan elastisitas langsung dengan jumlah pendapatan di lain pihak.

Permintaan pariwisata juga sangat peka (sensitive) terhadap kondisi sosial, politik dan perubahan mode perjalanan. Daerah tujuan wisata yang mengalami ketidak tenangan (instability) kondisi politik atau keguncangan sosial tidak akan menarik wisatawan meskipun harga fasilitas pariwisata yang ditawarkan sangat murah. 

Dari fenomena penawaran dan permintaan pasar yang telah diungkapkan, bisa disimpulkan bahwa pariwisata mengandung berbagai permasalahan yang multi-komplek. Seperti yang dikatakan oleh John King (2006) , bahwa untuk masa yang akan datang negara-negara destinasi akan berhadapan dengan wisatawan yang matang,tidak massal (individual perceptions) , dan mencari sumber-sumber pengayaan hidup secara spiritual, tidak lagi sekedar kesenangan yang bersifat material dan jasmaniah. Pada tingkat manajemen tantangannya adalah perubahan orientasi dari menjual produk yang ada (sell what is produce) kepada penjualan produk sesuai permintaan pasar, dari pemasaran massif kepada pemasaran untuk konsumen individual, dari penggunaan mass-branding menuju keragaman branding, dari persaingan harga menuju persaingan kualitas. Pada sisi tehnologi ada tuntutan baru akan tehnologi informasi yang terpadu, lebih bersahabat, difusi tehnologi yang cepat, sistemik dan bergerak menuju globall net working. Keseluruhan tantangan ini akhirnya berpengaruh pada penciptaan produk--produk wisata yang mempunyai daya tarik menurut perspektif konsumen.

Beberapa tantangan dalam industri pariwisata tersebut, tampaknya memang perlu segera direspon oleh pihak-pihak yang berkepentingan dengan masalah pariwisata. Apalagi bagi pemerintah daerah yang sedang giat-giatnya menggali potensi daerahnya dalam masa-masa otonomi daerah ini. Bentuk respon tersebut antara lain dalam hal kemampuan untuk selalu melakukan upaya inovasi, kesiapan lingkungan pendukung maupun tersinerginya penanganan pariwisata tersebut oleh berbagai pihak yang terkait. Secara tehnis upaya inovasi ini dapat diterjemahkan sebagai upaya menciptakan objek wisata yang mampu memberikan “pengalaman yang berbeda” bagi wisatawan yang mengunjunginya. Disisi yang lain kesiapan lingkungan pendukung, baik tenaga kerja , masyarakat sekitar lokasi maupun sarana dan prasarana juga sangat dibutuhkan. Misal untuk Bengkulu (Rejang Lebong), kesiapan sumber daya manusia terkait dengan basic pendidikan, maka perlu dipikirkan pendirian Sekolah Tinggi Ilmu Pariwisata ataupun Program Studi Pariwisata di perguruan tinggi yang ada

Yang masih juga menjadi permasalahan dalam hal ini adalah masalah penanganan yang tersinergi. Tidak dapat dipungkiri saat ini dalam tataran pengambil kebijakan (decision maker) ditingkat pusat , pariwisata tampaknya belum lagi menjadi focus perhatian dan garapan yang serius. Orientasi dan konsentrasi elit politik sekarang terpusat pada issue-isue politik, perebutan kekuasaan dan tawar-menawar jabatan (baca : kekuasaan). Padahal dalam konteks kedaerahan beberapa daerah sudah harus dipaksa untuk mulai mandiri. Hal ini seperti dikatakan didepan berdampak pada kondisi pariwisata di Indonesia. Citra Indonesia sudah kadung disebut sebagai negara perusuh, fundamentalis, sarang teroris dan sejenisnya. Sedangkan upaya pengembalian citra (reimage) seringkali hanya sekedar jargon politik semata.

Bahkan lebih parah lagi, pertarungan politik dinegara kita yang mulai menggunakan daya tawar masa pendukung (mass bargaining) sehingga memunculkan pertarungan dalam tataran grassroot kadang memperparah keterpurukan citra pariwisata Indonesia. Kembali Bali menjadi contoh, bagaimana sulitnya propinsi itu untuk mengembalikan citra dirinya yang terpuruk pasca tragedi Bom Bali 1 dan Bom Bali 2.









Diksi (pilihan kata)



Pengertian Diksi atau Pilihan kata



Jika kita menulis atau berbicara, kita selalu menggunakan kata. Kata tersebut dibentuk menjadi kelompok kata, klausa, kalimat, paragraph dan akhirnya sebuah wacana.

Di dalam sebuah karangan, diksi bisa diartikan sebagai pilihan kata pengarang untuk menggambarkan sebuah cerita. Diksi bukan hanya berarti pilih memilih kata melainkan digunakan untuk menyatakan gagasan atau menceritakan peristiwa tetapi juga meliputi persoalan gaya bahasa, ungkapan-ungkapan dan sebagainya.

Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :

• Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.

• Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.

• Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.

Contoh Paragraf :

1). Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.

2). Liburan kali ini Aku dan teman-teman berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana kami sudah disambut oleh semilir angin yang tak henti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu sepanjang hari disana, kami pulang dengan hati senang.

Kedua paragraf diatas punya makna yang sama. Tapi dalam pemilihan diksi pada contoh paragraph kedua menjadi enak dibaca, tidak membosankan bagi pembacanya.









 Kalimat Efektif


Pengertian kalimat efektif: adalah kalimat yang mengungkapkan pikiran atau gagasan yang disampaikan sehingga dapat dipahami dan dimengerti oleh orang lain.

Ciri-ciri kalimat efektif:

1. Kesepadanan

Suatu kalimat efektif harus memenuhi unsur gramatikal yaitu subjek, predikat, objek dan keterangan. Di dalam kalimat efektif harus memiliki keseimbangan dalam pemakaian struktur bahasa.

Contoh:

Amara pergi ke sekolah, kemudian Amara pergi ke rumah temannya untuk belajar. (tidak efektif)

Amara pergi ke sekolah, kemudian kerumah temannya untuk belajar. (efektif)

2. Kecermatan dalam Pemilihan dan Penggunaan Kata

Dalam membuat kalimat efektif jangan sampai menjadi kalimat yang ambigu (menimbulkan tafsiran ganda)

Contoh:

Mahasiswi perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah (tidak efektif)

Mahasiswi yang kuliah di perguruan tinggi yang terkenal itu mendapatkan hadiah. (efektif)

3.Kehematan

Kehematan dalam kalimat efektif maksudnya adalah hemat dalam mempergunakan kata, frasa atau bentuk lain yang di anggap tidak perlu, tetapi tidak menyalahi kaidah tata bahasa.

Contoh:

Karena ia tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama belajar di rumahku. (tidak efektif)

Karena tidak diajak, dia tidak ikut belajar bersama di rumahku. (efektif)

4. Kelogisan

Bahwa ide kalimat itu dapat dengan mudah dipahami dan penulisannya sesuai dengan ejaan yang berlaku.

Contoh:

Untuk mempersingkat waktu, kami teruskan acara ini. (tidak efektif)

Untuk menghemat waktu, kami teruskan acara ini. (efektif)

5.Kesatuan atau Kepaduan

Maksudnya adalah kepaduan pernyataan dalam kalimat itu, sehingga informasi yang disampaikannya tidak terpecah-pecah.

Contoh:

Kita harus dapat mengembalikan kepada kepribadian kita orang-orang kota yang telah terlanjur meninggalkan rasa kemanusiaan itu. (tidak efektif)

Kita harus mengembalikan kepribadian orang-orang kota yang sudah meninggalkan rasa kemanusiaan. (efektif)

6. Keparalelan atau Kesejajaran

Adalah kesamaan bentuk kata atau imbuhan yang digunakan dalam kalimat itu.

Contoh:

Kakak menolong anak itu dengan dipapahnya ke pinggir jalan. (tidak efektif)

Kakak menolong anak itu dengan memapahnya ke pinggir jalan. (efektif)

Harga sembako dibekukan atau kenaikan secara luwes. (tidak efektif)

Harga sembako dibekukan atau dinaikkan secara luwes. (efektif)



Wacana Kalimat Efektif dan Kalimat Turunan

Kalimat Efektif



                                                           

Tumbuhan Akuatik 



Tumbuhan akuatik adalah tumbuhan yang berhabitat di lingkungan air. Tumbuhan ini sangat mudah kita jumpai karena habitatnya yang mudah di temui oleh setiap orang. Tumbuhan akuatik disebut juga tumbuhan hidrophytic atau hydrophytes. Dibandingkan dengan jenis tanaman seperti mesophytes dan xerophytes, hydrophytes tidak ada masalah dalam menahan air karena banyaknya air dalam lingkungan tempat tumbuhan tersebut hidup.

Ciri-ciri :

1. Kutikula tipis. Hal ini bertujuan untuk mencegah kehilangan air.

2. Sel stomata pada umumnya tidak aktif. Hal ini dikarenakan tumbuhan

     akuatik tidak memerlukan banyak kontrol dalam siklus air.

3. Peningkatan jumlah stomata. Hal ini bertujuan untuk siklus

     pengeluaran air pada tumbuhan tersebut untuk menghindari kelebihan air.

4. Flat daun pada permukaan tanaman untuk pengapungan.

5. Mempunyai akar yang kecil agar air dapat tersebar langsung ke daun.

6. Akar dapat mengmbil oksigen langsung dari dalam air.



Beberapa jenis tanaman air :

1. Lotus

    Tanaman jenis ini membutuhkan media air dan tanah

2. Teratai

Tanaman jenis ini membutuhkan media air dan tanah, biasanya diletakkan dalam pot tanah liat yang melebar. Daun teratai
akan besar jika cukup zat makanan dan pupuk, daunnya akan
terbentang dam membesar d atas permukaan air.

3. Kapu-kapu

Tanaman jenis ini membutuhkan media air dan tanah. Tanaman jenis ini tidak dapat terkena sinar matahari langsung dan tidak bisa mendapatkan
terlalu banyak air, agar daunnya tidak cepat hancur.

Keterangan :

Tumbuhan Akuatik : Tumbuhan air

Tumbuhan Mesophytes : Tumbuhan yang hidup pada suhu rata-rata dan

 kelembaban yang cukup.

Tumbuhan Xerophytes : Tumbuhan yang hidup pada habitat kering.

 Kutikula : Kulit tumbuhan

Stomata : Mulut daun







Kalimat Turunan

Secara umum, pembentukan kata turunan dengan imbuhan mengikuti aturan penulisan kata yang ada di bagian sebelumnya. Berikut adalah beberapa informasi tambahan untuk melengkapi aturan tersebut.

Jenis imbuhan

Jenis imbuhan dalam bahasa Indonesia dapat dikelompokkan menjadi:
1. Imbuhan sederhana; hanya terdiri dari salah satu awalan atau akhiran.
    a. Awalan: me-, ber-, di-, ter-, ke-, pe-, per-, dan se-
    b. Akhiran: -kan, -an, -i, -lah, dan –nya

2. Imbuhan gabungan; gabungan dari lebih dari satu awalan atau akhiran.
    a. ber-an dan ber-i
    b. di-kan dan di-i
    c. diper-kan dan diper-i
    d. ke-an dan ke-i
    e. me-kan dan me-i
    f. memper-kan dan memper-i
    g. pe-an dan pe-i
    h. per-an dan per-i
    i. se-nya
    j. ter-kan dan ter-i

3. Imbuhan spesifik; digunakan untuk kata-kata tertentu (serapan asing).
    a. Akhiran: -man, -wan, -wati, dan -ita.
    b. Sisipan: -in-,-em-, -el-, dan -er-.


Awalan me-
Pembentukan dengan awalan me- memiliki aturan sebagai berikut:
1. tetap, jika huruf pertama kata dasar adalah l, m, n, q, r, atau w. Contoh: me- + luluh →             meluluh, me- + makan → memakan.
2. me- → mem-, jika huruf pertama kata dasar adalah b, f, p*, atau v. Contoh: me- + baca → membaca, me- + pukul → memukul*, me- + vonis → memvonis, me- + fasilitas + i → memfasilitasi.
3. me- → men-, jika huruf pertama kata dasar adalah c, d, j, atau t*. Contoh: me- + datang → mendatang, me- + tiup → meniup*.
4. me- → meng-, jika huruf pertama kata dasar adalah huruf vokal, k*, g, h. Contoh: me- + kikis → mengikis*, me- + gotong → menggotong, me- + hias → menghias.
5. me- → menge-, jika kata dasar hanya satu suku kata. Contoh: me- + bom → mengebom, me- + tik → mengetik, me- + klik → mengeklik.
6. me- → meny-, jika huruf pertama adalah s*. Contoh: me- + sapu → menyapu*.

Huruf dengan tanda * memiliki sifat-sifat khusus:

1. Dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf vokal. Contoh: me- + tipu → menipu, me- + sapu → menyapu, me- + kira → mengira.
2. Tidak dilebur jika huruf kedua kata dasar adalah huruf konsonan. Contoh: me- + klarifikasi → mengklarifikasi.
3. Tidak dilebur jika kata dasar merupakan kata asing yang belum diserap secara sempurna. Contoh: me- + konversi → mengkonversi.

Aturan khusus
Ada beberapa aturan khusus pembentukan kata turunan, yaitu:

1. ber- + kerja → bekerja (huruf r dihilangkan)
2. ber- + ajar → belajar (huruf r digantikan l)
3. pe + perkosa → pemerkosa (huruf p luluh menjadi m)
4. pe + perhati → pemerhati (huruf p luluh menjadi m)



http://aneistp.blogspot.com/2012/11/wacana-dan-pilihan-kata-diksi.html
http://dayintapinasthika.wordpress.com/2013/01/02/contoh-kalimat-efektif-dan-kalimat-tidak-efektif/
http://ani-yunita.blogspot.com/2013/10/wacana-kalimat-efektif-dan-turunan.html

http://rizkyanraguta.blogspot.com/2013/10/diksi-kalimat-efektif-dan-kalimat.html