Sabtu, 19 Oktober 2013

Ragam Bahasa

Ragam Bahasa


Ragam Bahasa Ilmiah
Ragam bahasa ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia baku yang digunakan dalam kegiatan menulis karangan ilmiah. Sebuah karangan ilmiah biasanya bersifat resmi, oleh karena itu ragam bahasa yang digunakan pun harus ragam bahasa baku.
Contoh : Joni mengatakan bahwa kita pasti lulus.


Ragam Bahasa Non Ilmiah
            Ragam bahasa non ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang didalam tulisan ini tidak memiliki aturan baku.
Contoh : Kata Joni kita pasti lulus.


Ragam Bahasa Semi Ilmiah
            Ragam bahasa semi ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang kata-katanya tidak terlalu formal, tidak terlalu mengikuti metode ilmiah, tetapi tetap konsisten terhadap struktur kalimat yang lengkap dan obyektif atas tulisan tersebut.
Contoh : Joni mengatakan, kita pasti lulus.






Ragam Bahasa Ilmiah

Metode historis sebagai metode penulisan sejarah meliputi empat langkah, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Langkah keempat, yakni historiografi, merupakan wujud atau hasil karya dengan metode sejarah. Dalam materi Historiografi Indonesia kali ini akan dibahas tentang perkembangan historiografi (penulisan sejarah) di Indonesia.
Historiografi Indonesia

Karya sejarah Indonesia baik dari masa lampau sampai masa sekarang (dikenal dengan nama sejarah kontemporer) telah banyak ditulis, baik oleh sejarawan atau pemerhati sejarah bangsa kita sendiri, maupun bangsa asing. Dari berbagai penulisan sejarah Indonesia (historiografi Indonesia) dari berbagai zaman/masa, baik ditulis oleh bangsa maupun bahasa asing; maka penulisan sejarah Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
a. historiografi tradisional,

b. historiografi kolonial, dan

c. historiografi nasional.



a. Penulisan Sejarah Tradisional (Historiografi Tradisional)

Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa, bersifat istanasentris, yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja. Penulisan sejarah di zaman Hindu-Buddha pada umumnya ditulis diprasastikan dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di zaman kerajaan pada masa dulu, di mana seorang raja memerintah.
Dalam historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai karya imajinatif dan mitologi, sebagai pandangan hidup yang dikisahkan sebagai uraian peristiwa pada masa lampau, seperti tercermin dalam babad atau hikayat. Contoh-contoh historiografi tradisional di antaranya ialah sejarah Melayu, hikayat raja-raja Pasai, hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Kartasura, dan masih banyak lagi.
Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisional adalah sebagai berikut.
1.  Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana), maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris.
2. Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.
3.     Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
4.     Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan yang nyata.
5. Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama raja, serta wibawa raja supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung tinggi. Oleh karena itu, banyak mitos bahwa raja sangat sakti, raja sebagai penjelmaan/titisan dewa, apa yang dikatakan raja serba benar sehingga ada ungkapan "sadba pandita ratu datan kena wowawali" (apa yang diucapkan raja tidak boleh berubah, sebab raja segalanya). Dalam konsep kepercayaan Hindu, raja adalah "mandataris dewa" sehingga segala ucapan dan tindakannya adalah benar.
6. Bersifat regio-sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
7.     Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti).
b. Historiografi Kolonial
Berbeda dengan historiografi tradisional, historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang membahas masalah penjajahan Belanda atas Bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda dan banyak di antara penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia. Sumber-sumber yang dipergunakan berasal dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta (Batavia); pada umumnya tidak menggunakan atau mengabaikan sumber-sumber Indonesia. Sesuai dengan namanya, yaitu historiografi kolonial, maka sebenarnya kuranglah tepat bila disebut penulisan sejarah Indonesia. Lebih tepat disebut sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Mengapa demikian? Hal ini tidaklah mengherankan, sebab fokus pembicaraan adalah Bangsa Belanda, bukanlah kehidupan rakyat atau kiprah Bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda. Itulah sebabnya, sifat pokok dari historiografi kolonial ialah Eropa sentris atau Belanda sentris. Yang diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas Bangsa Belanda, pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-orang kulit putih), seluk beluk kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan tugasnya di tanah jajahan, yakni Indonesia. Aktivitas rakyat tanah jajahan (rakyat Indonesia) diabaikan sama sekali.
Contoh historigrafi kolonial, antara lain sebagai berikut.
1.     Indonesian Trade and Society karangan Y.C. Van Leur.
2.     Indonesian Sociological Studies karangan Schrieke.
3.     Indonesian Society in Transition karangan Wertheim.
c. Historiografi Nasional
Sesudah Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945, maka sejak saat itu ada kegiatan untuk mengubah penulisan sejarah Indonesia sentris. Artinya, Bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus perhatian, sasaran yang harus diungkap, sesuai dengan kondisi yang ada, sebab yang dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan demikian, maka muncul historiografi nasional yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri sebagai berikut.
1.     Mengingat adanya character and nation-building.
2.     Indonesia sentris.
3.     Sesuai dengan pandangan hidup Bangsa Indonesia.
4.   Disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri, mereka yang memahami dan menjiwai, dengan tidak meninggalkan syarat-syarat ilmiah.
Contoh historiografi nasional, antara lain sebagai berikut.
1.   Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, editor Sartono Kartodirdjo.
2.  Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo.
3.   Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.
4. Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya A.H. Nasution.
Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah dikaitkan dengan ketidakpuasan para sejarawan sendiri dengan bentuk-bentuk historiografi lama yang ruang lingkupnya terbatas. Historiografi baru membuka ruang cakupan yang lebih luas. Untuk itu, diperlukan penyempurnaan metodologi, yaitu penggunaan konsep-konsep ilmu sosial dalam analisis-analisisnya. Sehubungan dengan ini, maka lebih jelas dibedakan antara sejarah lama (the old history) dan sejarah baru (the new history), seperti di bawah ini.
a. Sejarah Lama (The Old History):
1.     Disebut sejarah konvensional; sejarah tradisional.
2.     Mono dimensional.
3.     Pemaparan deskriptif-naratif.
4.     Ruang cakup terbatas.
5.     Tema terbatas (sejarah politik lama atau sejarah ekonomi lama).
6.   Para pelaku sejarah terbatas pada raja-raja, orang-orang besar, pahlawan atau jenderal.
7.     Tanpa pendekatan ilmu-ilmu sosial.
b. Sejarah Baru (The New History):
1. Disebut sejarah baru, sejarah ilmiah (scientific history atau social scientific history); sejarah total (total history).
2.     Multi dimensional.
3. Para pelaku sejarah luas dan beragam, segala lapisan masyarakat (vertikal ataupun horisontal; top down atau bottom up).
4. Ruang cakup luas; segala aspek pengalaman dan kehidupan manusia masa lampau.
5. Tema luas dan beragam, sejarah politik baru, sejarah ekonomi baru, sejarah sosial, sejarah agraria (sejarah petani, sejarah pedesaan), sejarah kebudayaan, sejarah pendidikan, sejarah intelektual, sejarah mentalitas, sejarah psikologi, sejarah lokal, sejarah etnis.
6.     Pemaparan analitis-kritis.
7. Menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu sosial (politikologi, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, demografi, psikologi).
Catatan: Artikel "Historiografi Indonesia" ini merupakan rangkuman yang diambil dari empat buku yang diambil dari BSE karangan Wardhani, Tarunasena, Dwi ari Listyani, dan Hendrayana. Semua materi historiografi Indonesia ini masih berhubungan erat dengan materi zaman aksara di Indonesia.



Ragam Bahasa Non Ilmiah

Langit Menggelap di Vredeburg
          Cerpen Sulialine Adelia

          Beginilah menjelang senja di jantung kota. Sekelompok remaja nongkrong di atas motor model terbaru mereka sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Ada juga remaja atau mereka yang beranjak dewasa duduk berdua-dua, di bangku semen, di atas sadel motor, atau di trotoar. Anak-anak kecil berlarian sambil disuapi orang tuanya. Pengamen yang beristirahat setelah seharian bekerja. Dan orang gila yang tidur di sisi pagar.

          Di salah satu bangku kayu panjang, bersisihan dengan remaja yang sedang bermesraan, Reyna duduk menghadap ke jalan. Hanya duduk. Mengamati kendaraan atau orang-orang yang melintas. Menunggu senja rebah di hamparan kota.

          Tiba-tiba laki-laki itu sudah berada di depannya sambil mengulurkan tangan. "Apa kabar?" katanya memperlihatkan giginya yang kekuningan. Asap rokok telah menindas warna putihnya.
"Kamu di sini?" Reyna tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Segala rasa berpendaran dalam hatinya. Senang, sendu, haru, pilu, yang kesemuanya membuat Reyna ingin menjatuhkan dirinya dalam peluk lelaki itu.
Begitu juga Mozes, lelaki tua yang berdiri di depan Reyna. Dadanya bergemuruh hebat mendapati perempuan itu di depan matanya. Ingin ia memeluk, menciumi perempuan itu seperti dulu, tetapi tak juga dilakukannya.

          Hingga Reyna kembali menguasai perasaannya, lalu menggeser duduknya memberi tempat Mozes di sebelahnya.
"Kaget?" tanya Mozes, duduk di sebelah Reyna.
Reyna tertawa kecil.
"Gimana?" tanya Reyna tak jelas arahnya. "Lama sekali nggak ketemu."
"Iya. Berapa tahun ya? Dua lima, tiga puluh?"
"Tiga puluh tahun!" jawab Reyna pasti.
"Ouw! Tiga puluh tahun. Dan kamu masih semanis dulu."
"Terima kasih," Reyna tersenyum geli. Masih ’semanis dulu’. Bukankah itu lucu? Kalaupun masih tampak cantik atau manis itu pasti tinggal sisanya saja. Kecantikan yang telah terbalut keriput di seluruh tubuhnya. Tapi kalimat itu tak urung membuat Reyna tersipu. Merasa bangga, tersanjung karenanya.

"Kapan datang?" tanya Reyna. Mulai berani lagi menatap mata lelaki di sebelahnya.
"Belum seminggu," jawab Mozes.
"Mencariku?" Reyna tersenyum. Sisa genitnya di masa muda.
Mozes tertawa berderai-derai. Lalu katanya pelan, "Aku turut berduka atas meninggalnya suamimu," tawanya menghilang.
DAN SETERUSMMYA........ TERLALU PANJANG JIKA DITERUSKAN HEHEHE...


Ragam Bahasa Semi Ilmiah
          Ada Kecelakaan Tunggal, Tol Cawang-Bekasi Macet 14 Km
Jakarta - Kemacetan sepanjang 14 km terjadi di Tol Cikampek dari arah Cawang menuju Bekasi. Kemacetan ini diakibatkan kecelakaan tunggal yang terjadi di bahu jalan di KM 14.

          "Kecelakaan tunggal di tol Cikampek KM 14, terjadi pada sekitar pukul 19.30 WIB. Imbasnya kepadatan terjadi sejak dari Cawang hingga titik kecelakaan, sepanjang 14 km," ujar petugas Jasamarga Fajar, kepada detikcom, Jumat (11/10/2013).

          Belum ada laporan mengenai jenis kendaraan, kronologis kecelakaan, maupun korban akibat kecelakaan tunggal tersebut. Fajar melaporkan, jalur sebaliknya yaitu dari arah Bekasi-Cawang juga mengalami kepadatan dari Cikarang Utama sampai gerbang Cikunir.

          "Karena ada antrean di pintu masuk Cikunir," lanjutnya.

 

http://birulangithatiku.blogspot.com/2013/05/ragam-ilmiah-bahasa-indonesia_3939.html
http://kulutchu.blogspot.com/2010/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://hutamigoodgirl.blogspot.com/2010/11/contoh-kalimat-ilmiah-semi-ilmiah-dan_14.html
http://pelitaku.sabda.org/historiografi_indonesia
http://alwi-hafiz.blogspot.com/2013/10/contoh-ragam-bahasa-ilmiah-semi-ilmiah.html 

Jumat, 11 Oktober 2013

Puisi Masa Depan


Masa Depan

Lahir, dewasa dan tua
Sudah menjadi takdir seorang manusia
Melewati setiap fasenya
Dari lahir, dewasa, kemudian tua

Sejak kecil manusia pasti memiliki cita-cita dimasa depan
Menjadi astronot, pilot, hingga menjadi seorang yang mapan
Tetapi mereka tidak berfikir panjang
Bahwa cita-cita akan berubah disetiap zaman

Masa depan akan terukir dikala kita dewasa
Dengan usaha, jerih payah dan doa
Masa depan pula yang membuat kita bahagia atau sengsara
Yang akan kita rasakan dimasa tua




Ryan Naufal

Keluarga Pak Harjo


Keluarga Pak Harjo

Disebuah desa terpencil disuatu daerah, terdapat sebuah keluarga sederhana yang saling menyayangi dan menghormati sesama keluarga dan masyarakat sekitar. Mereka tediri dari seorang kepala rumah tangga yang bernama Pak Harjo dan seorang ibu rumah tangga yang bernama Ibu Sri. Mereka juga memiliki dua orang anak remaja, yaitu Selly yang berumur 18 tahun, dan adik laki-lakinya yang bernama Junet berusia 12 tahun.

          Remaja itu memang sangat santun terhadap semua orang, mungkin karena Pak Harjo dan Bu Sri yang mendidik mereka supaya bersikap baik dan sopan sejak kecil. Begitupun dengan sikap Pak Harjo dan Bu Sri yang sopan dan santun terhadap tetangga sekitar dan kerabat mereka.
Warga didesa itu pasti mengenal keluarga Pak Harjo, karena keramahan meraka terhadap warga didesa itu.


Wacana menggunakan EYD

Ragam Bahasa


Ragam Bahasa


Ragam Bahasa Ilmiah
Ragam bahasa ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia baku yang digunakan dalam kegiatan menulis karangan ilmiah. Sebuah karangan ilmiah biasanya bersifat resmi, oleh karena itu ragam bahasa yang digunakan pun harus ragam bahasa baku.
Contoh : Joni mengatakan bahwa kita pasti lulus.


Ragam Bahasa Non Ilmiah
            Ragam bahasa non ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang didalam tulisan ini tidak memiliki aturan baku.
Contoh : Kata Joni kita pasti lulus.


Ragam Bahasa Semi Ilmiah
            Ragam bahasa semi ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang kata-katanya tidak terlalu formal, tidak terlalu mengikuti metode ilmiah, tetapi tetap konsisten terhadap struktur kalimat yang lengkap dan obyektif atas tulisan tersebut.
Contoh : Joni mengatakan, kita pasti lulus.






Ragam Bahasa Ilmiah

Metode historis sebagai metode penulisan sejarah meliputi empat langkah, yakni heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Langkah keempat, yakni historiografi, merupakan wujud atau hasil karya dengan metode sejarah. Dalam materi Historiografi Indonesia kali ini akan dibahas tentang perkembangan historiografi (penulisan sejarah) di Indonesia.
Historiografi Indonesia

Karya sejarah Indonesia baik dari masa lampau sampai masa sekarang (dikenal dengan nama sejarah kontemporer) telah banyak ditulis, baik oleh sejarawan atau pemerhati sejarah bangsa kita sendiri, maupun bangsa asing. Dari berbagai penulisan sejarah Indonesia (historiografi Indonesia) dari berbagai zaman/masa, baik ditulis oleh bangsa maupun bahasa asing; maka penulisan sejarah Indonesia dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
a. historiografi tradisional,

b. historiografi kolonial, dan

c. historiografi nasional.



a. Penulisan Sejarah Tradisional (Historiografi Tradisional)
Penulisan sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah pada zaman ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa, bersifat istanasentris, yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja. Penulisan sejarah di zaman Hindu-Buddha pada umumnya ditulis diprasastikan dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di zaman kerajaan pada masa dulu, di mana seorang raja memerintah.
Dalam historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai karya imajinatif dan mitologi, sebagai pandangan hidup yang dikisahkan sebagai uraian peristiwa pada masa lampau, seperti tercermin dalam babad atau hikayat. Contoh-contoh historiografi tradisional di antaranya ialah sejarah Melayu, hikayat raja-raja Pasai, hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, Babad Pajajaran, Babad Majapahit, Babad Kartasura, dan masih banyak lagi.
Adapun ciri-ciri dari historiografi tradisional adalah sebagai berikut.
1.     Religio sentris, artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga istana), maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau dinasti sentris.
2.     Bersifat feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan ekonomi dari kehidupan rakyat.
3.     Religio magis, artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
4.     Tidak begitu membedakan hal-hal yang khayal dan yang nyata.
5.     Tujuan penulisan sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama raja, serta wibawa raja supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap dijunjung tinggi. Oleh karena itu, banyak mitos bahwa raja sangat sakti, raja sebagai penjelmaan/titisan dewa, apa yang dikatakan raja serba benar sehingga ada ungkapan "sadba pandita ratu datan kena wowawali" (apa yang diucapkan raja tidak boleh berubah, sebab raja segalanya). Dalam konsep kepercayaan Hindu, raja adalah "mandataris dewa" sehingga segala ucapan dan tindakannya adalah benar.
6.     Bersifat regio-sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
7.     Raja atau pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti).
b. Historiografi Kolonial
Berbeda dengan historiografi tradisional, historiografi kolonial merupakan penulisan sejarah yang membahas masalah penjajahan Belanda atas Bangsa Indonesia. Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda dan banyak di antara penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia. Sumber-sumber yang dipergunakan berasal dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta (Batavia); pada umumnya tidak menggunakan atau mengabaikan sumber-sumber Indonesia. Sesuai dengan namanya, yaitu historiografi kolonial, maka sebenarnya kuranglah tepat bila disebut penulisan sejarah Indonesia. Lebih tepat disebut sejarah Bangsa Belanda di Hindia Belanda (Indonesia). Mengapa demikian? Hal ini tidaklah mengherankan, sebab fokus pembicaraan adalah Bangsa Belanda, bukanlah kehidupan rakyat atau kiprah Bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda. Itulah sebabnya, sifat pokok dari historiografi kolonial ialah Eropa sentris atau Belanda sentris. Yang diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas Bangsa Belanda, pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-orang kulit putih), seluk beluk kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan tugasnya di tanah jajahan, yakni Indonesia. Aktivitas rakyat tanah jajahan (rakyat Indonesia) diabaikan sama sekali.
Contoh historigrafi kolonial, antara lain sebagai berikut.
1.     Indonesian Trade and Society karangan Y.C. Van Leur.
2.     Indonesian Sociological Studies karangan Schrieke.
3.     Indonesian Society in Transition karangan Wertheim.
c. Historiografi Nasional
Sesudah Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945, maka sejak saat itu ada kegiatan untuk mengubah penulisan sejarah Indonesia sentris. Artinya, Bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus perhatian, sasaran yang harus diungkap, sesuai dengan kondisi yang ada, sebab yang dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan demikian, maka muncul historiografi nasional yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri sebagai berikut.
1.     Mengingat adanya character and nation-building.
2.     Indonesia sentris.
3.     Sesuai dengan pandangan hidup Bangsa Indonesia.
4.     Disusun oleh orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri, mereka yang memahami dan menjiwai, dengan tidak meninggalkan syarat-syarat ilmiah.
Contoh historiografi nasional, antara lain sebagai berikut.
1.     Sejarah Perlawanan-Perlawanan Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, editor Sartono Kartodirdjo.
2.     Sejarah Nasional Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo.
3.     Peranan Bangsa Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.
4.     Sekitar Perang Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya A.H. Nasution.
Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian sejarah dikaitkan dengan ketidakpuasan para sejarawan sendiri dengan bentuk-bentuk historiografi lama yang ruang lingkupnya terbatas. Historiografi baru membuka ruang cakupan yang lebih luas. Untuk itu, diperlukan penyempurnaan metodologi, yaitu penggunaan konsep-konsep ilmu sosial dalam analisis-analisisnya. Sehubungan dengan ini, maka lebih jelas dibedakan antara sejarah lama (the old history) dan sejarah baru (the new history), seperti di bawah ini.
a. Sejarah Lama (The Old History):
1.     Disebut sejarah konvensional; sejarah tradisional.
2.     Mono dimensional.
3.     Pemaparan deskriptif-naratif.
4.     Ruang cakup terbatas.
5.     Tema terbatas (sejarah politik lama atau sejarah ekonomi lama).
6.     Para pelaku sejarah terbatas pada raja-raja, orang-orang besar, pahlawan atau jenderal.
7.     Tanpa pendekatan ilmu-ilmu sosial.
b. Sejarah Baru (The New History):
1.     Disebut sejarah baru, sejarah ilmiah (scientific history atau social scientific history); sejarah total (total history).
2.     Multi dimensional.
3.     Para pelaku sejarah luas dan beragam, segala lapisan masyarakat (vertikal ataupun horisontal; top down atau bottom up).
4.     Ruang cakup luas; segala aspek pengalaman dan kehidupan manusia masa lampau.
5.     Tema luas dan beragam, sejarah politik baru, sejarah ekonomi baru, sejarah sosial, sejarah agraria (sejarah petani, sejarah pedesaan), sejarah kebudayaan, sejarah pendidikan, sejarah intelektual, sejarah mentalitas, sejarah psikologi, sejarah lokal, sejarah etnis.
6.     Pemaparan analitis-kritis.
7.     Menggunakan pendekatan interdisiplin ilmu sosial (politikologi, ekonomi, sosiologi, antropologi, geografi, demografi, psikologi).
Catatan: Artikel "Historiografi Indonesia" ini merupakan rangkuman yang diambil dari empat buku yang diambil dari BSE karangan Wardhani, Tarunasena, Dwi ari Listyani, dan Hendrayana. Semua materi historiografi Indonesia ini masih berhubungan erat dengan materi zaman aksara di Indonesia.



Ragam Bahasa Non Ilmiah

Langit Menggelap di Vredeburg
          Cerpen Sulialine Adelia

          Beginilah menjelang senja di jantung kota. Sekelompok remaja nongkrong di atas motor model terbaru mereka sambil ngobrol dan tertawa-tawa. Ada juga remaja atau mereka yang beranjak dewasa duduk berdua-dua, di bangku semen, di atas sadel motor, atau di trotoar. Anak-anak kecil berlarian sambil disuapi orang tuanya. Pengamen yang beristirahat setelah seharian bekerja. Dan orang gila yang tidur di sisi pagar.

          Di salah satu bangku kayu panjang, bersisihan dengan remaja yang sedang bermesraan, Reyna duduk menghadap ke jalan. Hanya duduk. Mengamati kendaraan atau orang-orang yang melintas. Menunggu senja rebah di hamparan kota.

          Tiba-tiba laki-laki itu sudah berada di depannya sambil mengulurkan tangan. "Apa kabar?" katanya memperlihatkan giginya yang kekuningan. Asap rokok telah menindas warna putihnya.
"Kamu di sini?" Reyna tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Segala rasa berpendaran dalam hatinya. Senang, sendu, haru, pilu, yang kesemuanya membuat Reyna ingin menjatuhkan dirinya dalam peluk lelaki itu.
Begitu juga Mozes, lelaki tua yang berdiri di depan Reyna. Dadanya bergemuruh hebat mendapati perempuan itu di depan matanya. Ingin ia memeluk, menciumi perempuan itu seperti dulu, tetapi tak juga dilakukannya.

          Hingga Reyna kembali menguasai perasaannya, lalu menggeser duduknya memberi tempat Mozes di sebelahnya.
"Kaget?" tanya Mozes, duduk di sebelah Reyna.
Reyna tertawa kecil.
"Gimana?" tanya Reyna tak jelas arahnya. "Lama sekali nggak ketemu."
"Iya. Berapa tahun ya? Dua lima, tiga puluh?"
"Tiga puluh tahun!" jawab Reyna pasti.
"Ouw! Tiga puluh tahun. Dan kamu masih semanis dulu."
"Terima kasih," Reyna tersenyum geli. Masih ’semanis dulu’. Bukankah itu lucu? Kalaupun masih tampak cantik atau manis itu pasti tinggal sisanya saja. Kecantikan yang telah terbalut keriput di seluruh tubuhnya. Tapi kalimat itu tak urung membuat Reyna tersipu. Merasa bangga, tersanjung karenanya.

"Kapan datang?" tanya Reyna. Mulai berani lagi menatap mata lelaki di sebelahnya.
"Belum seminggu," jawab Mozes.
"Mencariku?" Reyna tersenyum. Sisa genitnya di masa muda.
Mozes tertawa berderai-derai. Lalu katanya pelan, "Aku turut berduka atas meninggalnya suamimu," tawanya menghilang.
DAN SETERUSMMYA........ TERLALU PANJANG JIKA DITERUSKAN HEHEHE...


Ragam Bahasa Semi Ilmiah
          Ada Kecelakaan Tunggal, Tol Cawang-Bekasi Macet 14 Km
Jakarta - Kemacetan sepanjang 14 km terjadi di Tol Cikampek dari arah Cawang menuju Bekasi. Kemacetan ini diakibatkan kecelakaan tunggal yang terjadi di bahu jalan di KM 14.

          "Kecelakaan tunggal di tol Cikampek KM 14, terjadi pada sekitar pukul 19.30 WIB. Imbasnya kepadatan terjadi sejak dari Cawang hingga titik kecelakaan, sepanjang 14 km," ujar petugas Jasamarga Fajar, kepada detikcom, Jumat (11/10/2013).

          Belum ada laporan mengenai jenis kendaraan, kronologis kecelakaan, maupun korban akibat kecelakaan tunggal tersebut. Fajar melaporkan, jalur sebaliknya yaitu dari arah Bekasi-Cawang juga mengalami kepadatan dari Cikarang Utama sampai gerbang Cikunir.

          "Karena ada antrean di pintu masuk Cikunir," lanjutnya.

 

http://birulangithatiku.blogspot.com/2013/05/ragam-ilmiah-bahasa-indonesia_3939.html
http://kulutchu.blogspot.com/2010/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://hutamigoodgirl.blogspot.com/2010/11/contoh-kalimat-ilmiah-semi-ilmiah-dan_14.html
http://pelitaku.sabda.org/historiografi_indonesia
http://alwi-hafiz.blogspot.com/2013/10/contoh-ragam-bahasa-ilmiah-semi-ilmiah.html