Selasa, 31 Desember 2013

TEROR



           
Rumah serasa disebuah hutan pada tengah malam, hanya ada diriku seorang yang mengisi sebuah bangunan yang cukup luas ini. Anggota keluarga yang lain sedang berlibur kerumah nenekku di Bandung Barat. Untungnya saat aku sendiri dirumah tidak berjumpa dengan malam yang hampir semua orang benci, yaitu malam jumat.

Seperangkat komputerku yang berisikan bermacam-macam permainan, dan hanya dialah yang menemaniku saat ditinggal keluarga berlibur. Memang hampir sebagian besar hari kuhabiskan berada didepan komputer, entah main game, mendengarkan lagu, hingga memanipulasi foto.

Mataharipun bergeser kearah barat, dan sesuatu berwarna hitam mulai menggelapkan bumi, terutama rumahku. Setelah mandi, makan dan lain-lain, aku hendak beranjak untuk menghidupkan komputerku. Tetapi telepon rumah memanggilku dengan nada yang diulang-ulang. Segera kuhampiri dan menjawab telepon itu.

“Halo, selamat malam...,” Sapaku.

Diujung telepon sana tak terdengar satupun suara, hanya suara kresek-kresek gangguan telepon.

“Halo…siapa disana?,” Sapaku sekali lagi dan bertanya.

Dan tetap tidak ada balasan dari telepon itu. Akhirnya kututup telepon dan berajalan kembali menuju komputer. Selang lima menit telepon bendering kembali, aku angkat kembali dengan rasa sedikit kesal.

“Ya halo…dengan siapa ini?” Tanyaku dengan sedikit malas.
Dan akhirnya seorang laki-laki menjawab suaraku dan bertanya, “Bisa bicara dengan Bapak atau Ibu?”
“Oh Bapak dan Ibu sedang tidak ada dirumah mas. Maaf ini dengan siapa ya?” Kujawab dengan polosnya dan bertanya balik.

Bukannya jawaban dari laki-laki itu, tetapi hanya suara “kresek” gangguan telepon diikuti nada “Nut” panjang yang menandakan dia telah menutup teleponnya. Dan aku sempat berfikir apakah aku mengenali suara itu atau tidak, dan kenapa aku menjawab seperti tidak berdosa bahwa orang rumah sedang tidak ada. Pikiran-pikiran negatif mulai menjalar diotak, dan benarkah laki-laki itu ingin mencoba masuk kerumah.

“Aduh…aku sendirian lagi. Kalo dia sendiri dan tidak bawa apa-apa, aku masih berani. Nah kalo dia satu mobil dan bersenjata…duh gimana ini.” Pikirku sambil berbicara sendiri.
         
Yang ada dalam diriku kini adalah mengawasi sekitar rumah, seperti difilm-film saja. Aku tidak jadi menyalakan komputer dan lebih memilih menyalakan tv saja sambil waspada. Tv kunyalakan tapi tanpa suara, dan setiap ada suara-suara yang kurasa mencurigakan akan kucari sumbernya dan mencoba melihatnya.
         
Mataku hanya kuat bertahan hingga jam 3 pagi, tanpa kusadari aku tertidur dan terbangun karena aku bermimpi laki-laki itu menelepon kembali. Ternyata dari mimpi berlanjut ke kenyataan, telepon rumahku benar berbunyi tetapi tidak tahu siapa yang menelepon, dan segera ku angkat dengan suara yang masih lemas karena kurang tidur.

“Ya halo…dengan siapa ini?” Dengan nada yang malas kutanya seseorang diujung telepon itu.
“Aku mang Uus yan. Semalam aku yang telepon, tetapi sinyal diHPku jelek, jadi ya begitulah.” Jawab pria yang kini kukenali, dan dia adalah adik ibuku.
“Oh jadi semalam itu mang Uus yang telepon kesini? Kirain siapa.” sambil cengar-cengir dalam pikiranku terlintas “Kayanya kebanyakan nonton film nih, jadi ada apa-apa dikit kebawa suasana fim.” Pikirku.

              
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar