Ragam Bahasa
Ragam
Bahasa Ilmiah
Ragam bahasa ilmiah adalah ragam
bahasa Indonesia baku yang digunakan dalam kegiatan menulis karangan ilmiah.
Sebuah karangan ilmiah biasanya bersifat resmi, oleh karena itu ragam bahasa
yang digunakan pun harus ragam bahasa baku.
Contoh
: Joni mengatakan bahwa kita pasti lulus.
Ragam
Bahasa Non Ilmiah
Ragam
bahasa non ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang didalam tulisan ini tidak
memiliki aturan baku.
Contoh : Kata Joni kita pasti lulus.
Ragam Bahasa Semi Ilmiah
Ragam
bahasa semi ilmiah adalah ragam bahasa Indonesia yang kata-katanya tidak
terlalu formal, tidak terlalu mengikuti metode ilmiah, tetapi tetap konsisten
terhadap struktur kalimat yang lengkap dan obyektif atas tulisan tersebut.
Contoh : Joni mengatakan, kita pasti lulus.
b. historiografi kolonial, dan
c. historiografi nasional.
a. Penulisan Sejarah Tradisional (Historiografi Tradisional)
Sesudah Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945, maka sejak saat itu ada kegiatan untuk mengubah penulisan sejarah Indonesia sentris. Artinya, Bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus perhatian, sasaran yang harus diungkap, sesuai dengan kondisi yang ada, sebab yang dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan demikian, maka muncul historiografi nasional yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri sebagai berikut.
a. Sejarah Lama (The Old History):
Ragam Bahasa Ilmiah
Metode
historis sebagai metode penulisan sejarah meliputi empat langkah, yakni
heuristik, kritik, interpretasi, dan historiografi. Langkah keempat, yakni
historiografi, merupakan wujud atau hasil karya dengan metode sejarah. Dalam
materi Historiografi Indonesia kali ini akan dibahas tentang perkembangan
historiografi (penulisan sejarah) di Indonesia.
Historiografi Indonesia
Karya
sejarah Indonesia baik dari masa lampau sampai masa sekarang (dikenal dengan
nama sejarah kontemporer) telah banyak ditulis, baik oleh sejarawan atau
pemerhati sejarah bangsa kita sendiri, maupun bangsa asing. Dari berbagai
penulisan sejarah Indonesia (historiografi Indonesia) dari berbagai zaman/masa,
baik ditulis oleh bangsa maupun bahasa asing; maka penulisan sejarah Indonesia
dapat dikelompokkan menjadi tiga, yakni:
a. historiografi tradisional,b. historiografi kolonial, dan
c. historiografi nasional.
a. Penulisan Sejarah Tradisional (Historiografi Tradisional)
Penulisan
sejarah tradisional adalah penulisan sejarah yang dimulai dari zaman Hindu
sampai masuk dan berkembangnya Islam di Indonesia. Penulisan sejarah pada zaman
ini berpusat pada masalah-masalah pemerintahan dari raja-raja yang berkuasa,
bersifat istanasentris, yang mengutamakan keinginan dan kepentingan raja.
Penulisan sejarah di zaman Hindu-Buddha pada umumnya ditulis diprasastikan
dengan tujuan agar generasi penerus dapat mengetahui peristiwa di zaman
kerajaan pada masa dulu, di mana seorang raja memerintah.
Dalam
historiografi tradisional terjalinlah dengan erat unsur-unsur sastra, sebagai
karya imajinatif dan mitologi, sebagai pandangan hidup yang dikisahkan sebagai
uraian peristiwa pada masa lampau, seperti tercermin dalam babad atau hikayat.
Contoh-contoh historiografi tradisional di antaranya ialah sejarah Melayu,
hikayat raja-raja Pasai, hikayat Aceh, Babad Tanah Jawi, Babad Pajajaran, Babad
Majapahit, Babad Kartasura, dan masih banyak lagi.
Adapun ciri-ciri dari historiografi
tradisional adalah sebagai berikut.
1. Religio sentris,
artinya segala sesuatu dipusatkan pada raja atau keluarga raja (keluarga
istana), maka sering juga disebut istana sentris atau keluarga sentris atau
dinasti sentris.
2. Bersifat
feodalistis-aristokratis, artinya yang dibicarakan hanyalah kehidupan kaum
bangsawan feodal, tidak ada sifat kerakyatannya. Historiografi tersebut tidak
memuat riwayat kehidupan rakyat, tidak membicarakan segi-segi sosial dan
ekonomi dari kehidupan rakyat.
3.
Religio magis,
artinya dihubungkan dengan kepercayaan dan hal-hal yang gaib.
4.
Tidak begitu
membedakan hal-hal yang khayal dan yang nyata.
5. Tujuan penulisan
sejarah tradisional untuk menghormati dan meninggikan kedudukan raja, dan nama
raja, serta wibawa raja supaya raja tetap dihormati, tetap dipatuhi, tetap
dijunjung tinggi. Oleh karena itu, banyak mitos bahwa raja sangat sakti, raja
sebagai penjelmaan/titisan dewa, apa yang dikatakan raja serba benar sehingga
ada ungkapan "sadba pandita ratu datan kena wowawali" (apa yang
diucapkan raja tidak boleh berubah, sebab raja segalanya). Dalam konsep
kepercayaan Hindu, raja adalah "mandataris dewa" sehingga segala
ucapan dan tindakannya adalah benar.
6. Bersifat
regio-sentris (kedaerahan), maka historiografi tradisional banyak dipengaruhi
daerah, misalnya oleh cerita-cerita gaib atau cerita-cerita dewa di daerah tersebut.
7.
Raja atau
pemimpin dianggap mempunyai kekuatan gaib dan kharisma (bertuah, sakti).
b. Historiografi Kolonial
Berbeda
dengan historiografi tradisional, historiografi kolonial merupakan penulisan
sejarah yang membahas masalah penjajahan Belanda atas Bangsa Indonesia.
Penulisan tersebut dilakukan oleh orang-orang Belanda dan banyak di antara
penulisnya yang tidak pernah melihat Indonesia. Sumber-sumber yang dipergunakan
berasal dari arsip negara di negeri Belanda dan di Jakarta (Batavia); pada umumnya
tidak menggunakan atau mengabaikan sumber-sumber Indonesia. Sesuai dengan
namanya, yaitu historiografi kolonial, maka sebenarnya kuranglah tepat bila
disebut penulisan sejarah Indonesia. Lebih tepat disebut sejarah Bangsa Belanda
di Hindia Belanda (Indonesia). Mengapa demikian? Hal ini tidaklah mengherankan,
sebab fokus pembicaraan adalah Bangsa Belanda, bukanlah kehidupan rakyat atau
kiprah Bangsa Indonesia di masa penjajahan Belanda. Itulah sebabnya, sifat
pokok dari historiografi kolonial ialah Eropa sentris atau Belanda sentris.
Yang diuraikan atau dibentangkan secara panjang lebar adalah aktivitas Bangsa
Belanda, pemerintahan kolonial, aktivitas para pegawai kompeni (orang-orang
kulit putih), seluk beluk kegiatan para gubernur jenderal dalam menjalankan
tugasnya di tanah jajahan, yakni Indonesia. Aktivitas rakyat tanah jajahan
(rakyat Indonesia) diabaikan sama sekali.
Contoh historigrafi kolonial, antara lain
sebagai berikut.
1.
Indonesian Trade
and Society karangan Y.C. Van Leur.
2.
Indonesian
Sociological Studies karangan Schrieke.
3.
Indonesian
Society in Transition karangan Wertheim.
c. Historiografi NasionalSesudah Bangsa Indonesia memperoleh kemerdekaan pada tahun 1945, maka sejak saat itu ada kegiatan untuk mengubah penulisan sejarah Indonesia sentris. Artinya, Bangsa Indonesia dan rakyat Indonesia menjadi fokus perhatian, sasaran yang harus diungkap, sesuai dengan kondisi yang ada, sebab yang dimaksud dengan sejarah Indonesia adalah sejarah yang mengungkapkan kehidupan bangsa dan rakyat Indonesia dalam segala aktivitasnya, baik politik, ekonomi, sosial maupun budaya. Dengan demikian, maka muncul historiografi nasional yang memiliki sifat-sifat atau ciri-ciri sebagai berikut.
1.
Mengingat adanya
character and nation-building.
2.
Indonesia
sentris.
3.
Sesuai dengan pandangan
hidup Bangsa Indonesia.
4. Disusun oleh
orang-orang atau penulis-penulis Indonesia sendiri, mereka yang memahami dan
menjiwai, dengan tidak meninggalkan syarat-syarat ilmiah.
Contoh historiografi nasional, antara lain
sebagai berikut.
1. Sejarah Perlawanan-Perlawanan
Terhadap Kolonialisme dan Imperialisme, editor Sartono Kartodirdjo.
2. Sejarah Nasional
Indonesia, Jilid I sampai dengan VI, editor Sartono Kartodirdjo.
3. Peranan Bangsa
Indonesia dalam Sejarah Asia Tenggara, karya R. Moh. Ali.
4. Sekitar Perang
Kemerdekaan Indonesia, Jilid I sampai dengan XI, karya A.H. Nasution.
Pendekatan ilmu-ilmu sosial dalam kajian
sejarah dikaitkan dengan ketidakpuasan para sejarawan sendiri dengan
bentuk-bentuk historiografi lama yang ruang lingkupnya terbatas. Historiografi
baru membuka ruang cakupan yang lebih luas. Untuk itu, diperlukan penyempurnaan
metodologi, yaitu penggunaan konsep-konsep ilmu sosial dalam
analisis-analisisnya. Sehubungan dengan ini, maka lebih jelas dibedakan antara
sejarah lama (the old history) dan sejarah baru (the new history), seperti di
bawah ini.a. Sejarah Lama (The Old History):
1.
Disebut sejarah
konvensional; sejarah tradisional.
2.
Mono dimensional.
3.
Pemaparan
deskriptif-naratif.
4.
Ruang cakup
terbatas.
5.
Tema terbatas
(sejarah politik lama atau sejarah ekonomi lama).
6. Para pelaku
sejarah terbatas pada raja-raja, orang-orang besar, pahlawan atau jenderal.
7.
Tanpa pendekatan
ilmu-ilmu sosial.
b. Sejarah Baru (The New History):
1. Disebut sejarah
baru, sejarah ilmiah (scientific history atau social scientific history);
sejarah total (total history).
2.
Multi
dimensional.
3. Para pelaku
sejarah luas dan beragam, segala lapisan masyarakat (vertikal ataupun
horisontal; top down atau bottom up).
4. Ruang cakup luas;
segala aspek pengalaman dan kehidupan manusia masa lampau.
5. Tema luas dan
beragam, sejarah politik baru, sejarah ekonomi baru, sejarah sosial, sejarah
agraria (sejarah petani, sejarah pedesaan), sejarah kebudayaan, sejarah
pendidikan, sejarah intelektual, sejarah mentalitas, sejarah psikologi, sejarah
lokal, sejarah etnis.
6.
Pemaparan
analitis-kritis.
7. Menggunakan
pendekatan interdisiplin ilmu sosial (politikologi, ekonomi, sosiologi,
antropologi, geografi, demografi, psikologi).
Catatan: Artikel "Historiografi
Indonesia" ini merupakan rangkuman yang diambil dari empat buku yang
diambil dari BSE karangan Wardhani, Tarunasena, Dwi ari Listyani, dan
Hendrayana. Semua materi historiografi Indonesia ini masih berhubungan erat
dengan materi zaman aksara di Indonesia.
Ragam
Bahasa Non Ilmiah
Langit
Menggelap di Vredeburg
Cerpen
Sulialine Adelia
Beginilah menjelang senja di jantung
kota. Sekelompok remaja nongkrong di atas motor model terbaru mereka sambil ngobrol
dan tertawa-tawa. Ada juga remaja atau mereka yang beranjak dewasa duduk
berdua-dua, di bangku semen, di atas sadel motor, atau di trotoar. Anak-anak
kecil berlarian sambil disuapi orang tuanya. Pengamen yang beristirahat setelah
seharian bekerja. Dan orang gila yang tidur di sisi pagar.
Di salah satu bangku kayu panjang,
bersisihan dengan remaja yang sedang bermesraan, Reyna duduk menghadap ke
jalan. Hanya duduk. Mengamati kendaraan atau orang-orang yang melintas.
Menunggu senja rebah di hamparan kota.
Tiba-tiba laki-laki itu sudah berada
di depannya sambil mengulurkan tangan. "Apa kabar?" katanya
memperlihatkan giginya yang kekuningan. Asap rokok telah menindas warna
putihnya.
"Kamu
di sini?" Reyna tak mampu menyembunyikan keterkejutannya. Segala rasa
berpendaran dalam hatinya. Senang, sendu, haru, pilu, yang kesemuanya membuat
Reyna ingin menjatuhkan dirinya dalam peluk lelaki itu.
Begitu
juga Mozes, lelaki tua yang berdiri di depan Reyna. Dadanya bergemuruh hebat
mendapati perempuan itu di depan matanya. Ingin ia memeluk, menciumi perempuan
itu seperti dulu, tetapi tak juga dilakukannya.
Hingga Reyna kembali menguasai
perasaannya, lalu menggeser duduknya memberi tempat Mozes di sebelahnya.
"Kaget?"
tanya Mozes, duduk di sebelah Reyna.
Reyna
tertawa kecil.
"Gimana?"
tanya Reyna tak jelas arahnya. "Lama sekali nggak ketemu."
"Iya.
Berapa tahun ya? Dua lima, tiga puluh?"
"Tiga
puluh tahun!" jawab Reyna pasti.
"Ouw!
Tiga puluh tahun. Dan kamu masih semanis dulu."
"Terima
kasih," Reyna tersenyum geli. Masih ’semanis dulu’. Bukankah itu lucu?
Kalaupun masih tampak cantik atau manis itu pasti tinggal sisanya saja.
Kecantikan yang telah terbalut keriput di seluruh tubuhnya. Tapi kalimat itu
tak urung membuat Reyna tersipu. Merasa bangga, tersanjung karenanya.
"Kapan
datang?" tanya Reyna. Mulai berani lagi menatap mata lelaki di sebelahnya.
"Belum
seminggu," jawab Mozes.
"Mencariku?"
Reyna tersenyum. Sisa genitnya di masa muda.
Mozes
tertawa berderai-derai. Lalu katanya pelan, "Aku turut berduka atas meninggalnya
suamimu," tawanya menghilang.
DAN
SETERUSMMYA........ TERLALU PANJANG JIKA DITERUSKAN HEHEHE...
Ragam Bahasa Semi Ilmiah
Ada Kecelakaan Tunggal, Tol
Cawang-Bekasi Macet 14 Km
Jakarta
- Kemacetan sepanjang 14 km terjadi di Tol Cikampek dari arah Cawang menuju
Bekasi. Kemacetan ini diakibatkan kecelakaan tunggal yang terjadi di bahu jalan
di KM 14.
"Kecelakaan tunggal di tol Cikampek
KM 14, terjadi pada sekitar pukul 19.30 WIB. Imbasnya kepadatan terjadi sejak
dari Cawang hingga titik kecelakaan, sepanjang 14 km," ujar petugas
Jasamarga Fajar, kepada detikcom, Jumat (11/10/2013).
Belum ada
laporan mengenai jenis kendaraan, kronologis kecelakaan, maupun korban akibat
kecelakaan tunggal tersebut. Fajar melaporkan, jalur sebaliknya yaitu dari arah
Bekasi-Cawang juga mengalami kepadatan dari Cikarang Utama sampai gerbang
Cikunir.
"Karena ada antrean di pintu
masuk Cikunir," lanjutnya.
http://birulangithatiku.blogspot.com/2013/05/ragam-ilmiah-bahasa-indonesia_3939.html
http://kulutchu.blogspot.com/2010/11/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html
http://hutamigoodgirl.blogspot.com/2010/11/contoh-kalimat-ilmiah-semi-ilmiah-dan_14.html
http://pelitaku.sabda.org/historiografi_indonesia
http://alwi-hafiz.blogspot.com/2013/10/contoh-ragam-bahasa-ilmiah-semi-ilmiah.html
http://pelitaku.sabda.org/historiografi_indonesia
http://alwi-hafiz.blogspot.com/2013/10/contoh-ragam-bahasa-ilmiah-semi-ilmiah.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar