Rumah serasa disebuah
hutan pada tengah malam, hanya ada diriku seorang yang mengisi sebuah bangunan
yang cukup luas ini. Anggota keluarga yang lain sedang berlibur kerumah nenekku
di Bandung Barat. Untungnya saat aku sendiri dirumah tidak berjumpa dengan
malam yang hampir semua orang benci, yaitu malam jumat.
Seperangkat komputerku yang
berisikan bermacam-macam permainan, dan hanya dialah yang menemaniku saat ditinggal
keluarga berlibur. Memang hampir sebagian besar hari kuhabiskan berada didepan komputer,
entah main game, mendengarkan lagu, hingga memanipulasi foto.
Mataharipun bergeser
kearah barat, dan sesuatu berwarna hitam mulai menggelapkan bumi, terutama
rumahku. Setelah mandi, makan dan lain-lain, aku hendak beranjak untuk
menghidupkan komputerku. Tetapi telepon rumah memanggilku dengan nada yang
diulang-ulang. Segera kuhampiri dan menjawab telepon itu.
“Halo, selamat malam...,” Sapaku.
Diujung telepon sana tak terdengar satupun suara,
hanya suara kresek-kresek gangguan telepon.
“Halo…siapa disana?,” Sapaku sekali lagi dan
bertanya.
Dan tetap tidak ada balasan dari telepon itu.
Akhirnya kututup telepon dan berajalan kembali menuju komputer. Selang lima
menit telepon bendering kembali, aku angkat kembali dengan rasa sedikit kesal.
“Ya halo…dengan siapa ini?” Tanyaku dengan sedikit
malas.
Dan akhirnya seorang laki-laki menjawab suaraku dan
bertanya, “Bisa bicara dengan Bapak atau Ibu?”
“Oh Bapak dan Ibu sedang tidak ada dirumah mas. Maaf
ini dengan siapa ya?” Kujawab dengan polosnya dan bertanya balik.
Bukannya jawaban dari
laki-laki itu, tetapi hanya suara “kresek” gangguan telepon diikuti nada “Nut” panjang
yang menandakan dia telah menutup teleponnya. Dan aku sempat berfikir apakah
aku mengenali suara itu atau tidak, dan kenapa aku menjawab seperti tidak
berdosa bahwa orang rumah sedang tidak ada. Pikiran-pikiran negatif mulai
menjalar diotak, dan benarkah laki-laki itu ingin mencoba masuk kerumah.
“Aduh…aku sendirian lagi. Kalo dia sendiri dan tidak
bawa apa-apa, aku masih berani. Nah kalo dia satu mobil dan bersenjata…duh
gimana ini.” Pikirku sambil berbicara sendiri.
Yang ada dalam diriku
kini adalah mengawasi sekitar rumah, seperti difilm-film saja. Aku tidak jadi
menyalakan komputer dan lebih memilih menyalakan tv saja sambil waspada. Tv
kunyalakan tapi tanpa suara, dan setiap ada suara-suara yang kurasa
mencurigakan akan kucari sumbernya dan mencoba melihatnya.
Mataku hanya kuat
bertahan hingga jam 3 pagi, tanpa kusadari aku tertidur dan terbangun karena
aku bermimpi laki-laki itu menelepon kembali. Ternyata dari mimpi berlanjut ke kenyataan,
telepon rumahku benar berbunyi tetapi tidak tahu siapa yang menelepon, dan
segera ku angkat dengan suara yang masih lemas karena kurang tidur.
“Ya halo…dengan siapa ini?” Dengan nada yang malas
kutanya seseorang diujung telepon itu.
“Aku mang Uus yan. Semalam aku yang telepon, tetapi
sinyal diHPku jelek, jadi ya begitulah.” Jawab pria yang kini kukenali, dan dia
adalah adik ibuku.
“Oh jadi semalam itu mang Uus yang telepon kesini? Kirain
siapa.” sambil cengar-cengir dalam pikiranku terlintas “Kayanya kebanyakan
nonton film nih, jadi ada apa-apa dikit kebawa suasana fim.” Pikirku.