Karinding Alat Musik tradisional yang mulai digemari
anak-anak muda
Karinding adalah Alat Musik tradisional yang
mulai digemari anak-anak muda,
Karinding juga alat musik tradisional Sunda yang terbilang unik. Bentuknya
sederhana, terbuat dari pelepah pohon Enau (Kawung) kering, atau sebilah bambu
berukuran kurang lebih 10cm x 2cm. Getar nada yang memikat yang ditimbulkan
oleh Karinding ini bergantung pada kemampuan mengolah rasa. Pada jaman dahulu,
getar nada Karinding ini digunakan sebagai pemikat hati.
Kepekaaan rasa
sangat diperlukan dalam memainkan instrumen ini, Karinding tidak memiliki
nada-nada yang permanen seperti halnya piano, tinggi rendah nada Karinding
ditentukan oleh kemampuan mengolah gema getaran suara di rongga mulut.
Instrument ini
terdiri dari tiga ruas. Efek getaran muncul dari ruas bagian tengah yang
dipotong. Untuk membunyikannya, instrumen ini didekatkan ke mulut, lalu dipukul
salah satu ujungnya dengan jari tangan. Pukulan pada bilah lentur akan
menghasilkan Vibrasi Suara. Vibrasi ini akan tertampung di dalam rongga mulut
yang berfungsi semacam resonator atau wadah gema. Bentukan rongga mulut akan
mengatur vibrasi menjadi nada yang diinginkan. Nada ini bisa dibuat lebih
nyaring dengan bantuan tabung suara dari bambu.
Ada dua macam karinding,
yakni Karinding Lanang dan Karinding Wadon. Karinding Lanang terbuat dari
pelepah pohon Enau (Kawung) bersuara lebih nyaring, Karinding ini biasa dimainkan
oleh laki-laki. Karinding Wadon terbuat dari sebilah bambu dan menghasilkan
suara sebaliknya. Selain sebagai instrumen musik, karinding ini juga biasa
dipakai sebagai tusuk konde.
Alat musik Karinding
sudah dikenal dalam kehidupan masyarakat di Tatar Sunda. Dalam Bahasa Sunda,
penyebutan Karinding juga merujuk pada Kakarindingan, yaitu sejenis serangga
bersuara nyaring yang hidup di air sawah. Getaran suara yang dihasilkan
instrumen Karinding diimajinasikan mirip dengan suara serangga ini. Namun
sayang, perubahan iklim dan lingkungan membuat serangga ini punah.
Pada jaman dahulu Alat
Musik Karinding
tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sunda. Instrumen ini selalu dibawa
kemanapun dan dimainkan untuk mengusir rasa bosan ketika di ladang. Selain
sebagai hiburan, Resonansi suara Karinding juga dimanfaatkan sebagai pengusir
Hama. Seni Karinding juga dimaknai sebagai sarana Komunikasi. Alat musik ini
biasa dimainkan seorang Jajaka demi menaklukan hati gadis pujaannya. Suara
Karinding menjadi daya tarik khas, karena tidak akan sama pada masing-masing
Jajaka karena tergantung pada struktur rongga mulut seseorang.
Salah satu bukti
bahwa Karinding ini mulai digemari oleh anak-anak muda yaitu ketika konser
Karinding Attack di Bandung banyak dikunjungi para kawula muda. Karinding
Attack mengkolaborasikan musik Tradisional Karinding di zaman modern dengan
nuansa hitam underground. Semoga saja musik tradisional ini terus
berkembang dan banyak dicintai anak-anak muda kita.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar